Karena demam yang melanda, dan beberapa luka yang merongga..
Kala itu, aku dengan payahnya menemuimu, dan kau dengan menawannya memperlakukanku lembut..
Setelah pertemuan pertama itu,
kau yang memiliki riwayat kesehatanku, dua minggu setelah itu bertandang ke kediamanku..
Entah harus bagaimana aku menyambutmu kala itu,
Dan, karena senyum menawanmu, ku persilakan kau mengenalku lebih jauh..
Setahun berlalu mengenalmu..
Kala itu dingin melanda kotaku..
Katamu, secangkir teh kayu manis akan membantu..
Kau memang dokter kesayangnku..
1 dekade berlalu..
Mentari sepertinya sedang patah hati..
Ia enggan menyebarkan kehangatan pagi..
Aku dan selimut tebal rajutan ibumu, bersila di teras empuk jendela kamarku dengan secangir teh kayu manis..
Menikmati pria kecil di bawah sana sedang berlari riang dengan anjingnya..
Sesekali ku sesap aroma nikmat dari teh ku..
Mengingatkan aku pada senyummu yang juga menyukai teh ini..
Di bawah sadarku, aku pun ikut tersenyum mengingatmu..
Sedikit aroma lemon yang menyegarkan,
Manis dari madu yang menyenangkan..
Juga getir rindu yang ikut tercampur dalam ingatan.
Ahh.. aku begitu menikmati teh ku, juga rinduku padamu...
Aku tak pernah berharap kau kembali, memeluku atau mendampingiku..
Tenanglah kau disana, sayangku..
Aku menyayangimu, bahkan bidadari kecil dalam perutku pun demikian..
No comments:
Post a Comment