Aku Edria,
aku salah satu murid sekolah menengan kejuruan yang terpandang di
kotaku, usiaku 16 tahun, aku kelas dua yang menekuni jurusan Teknologi Komputer
Jaringan. Ini adalah bulan Januari, sekolahku berencana akan mengadakan reuni
akbar bulan maret nanti. Panitia reuni akbar mengadakan audisi untuk drama
musikal yang akan di tampilkan pada hari H nanti. Aku berniat mengikuti audisi
itu, karena obsesiku adalah menjadi seorang yang cukup di kenal di beberapa
kalangan, dan menurutku ini adalah batu loncatan untukku di kenal dikalangan
murid lainnya, walau sebenarnya aku sudah dikenal karena waktu itu aku adalah
MC di acara pelepasan kaka kelas ku, tapi bagiku itu tidak cukup. Lalu
kuputuskan untuk mengikuti audisi itu, walau aku tidak mandapat dukungan dari
beberapa orang.
Ini adalah Hari minggu pagi di bulan
Januari, aku adalah anggota OSIS, jadi aku tidak begitu merasa sendirian ketika
aku sampai disekolah, karena memang langsung menuju ruang osis, disana banyak
teman temanku, kaka kelasku. Hari ini adalah hari aku mengikuti audisi, aku
dituntut untuk bisa bernyanyi dan berakting, kebetulan akting adalah hal yang
aku sukai, begitu pula dengan bernyanyi, pada dasarnya aku menyukai segala hal
yang berhubungan dengan seni. Aku mendapat nomor urut terakhir hari ini,
semangatku turun drastis, ketika ada penyanyi sariosa pria yang mengikuti
audisi saat itu, ku pikir aku bukan lah apa apa di banding kaka kelas ku yang
bersuara bagus itu. Tapi ternyata aku memang memiliki banyak teman, Randy,
adalah kaka kelasku yang saat itu menemani aku mengikuti audisi, aku dan Randy
sama sama menyukai seni, kami bergerak di bidang seni dalam organisasi.
Saat itu Randy bilang
aku harus tetap semangat, dan yakinlah bahwa aku memiliki sesuatu yang para
juri cari, kini tiba giliranku, semua peserta yang memang sudah melakukan
audisi kini berdiri di luar ruangan dan memandang kearahku, juga ke 4 juri yang
ada di hadapan ku, mereka menyuruhku memperkenalkan nama ku dan jurusan ku di
sekolah, lalu mereka menyuruhku untuk mulai bernyanyi, aku membawakan lagu yang
pernah dipopulerkan oleh Mula Jameela yang berjudul Ratu Sejagat, aku bernyanyi
memang sedikit tegang waktu itu, setelah selesai, mereka menyuruhku mengulang
satu kali lagi dengan sedikit gerakan dan lebih relax, lalu ku lakukan dengan
baik, setelah itu salah satu juri memintaku untuk memperagakan gayaku ketika
membawakan sebuah acara, karena kebetulan dia tau bahwa aku adalah MC di
sekolah, setelah semua permintaan juri ku lakukan, aku diperbolehkan keluar
dari ruangan dan menunggu hasil rundingan juri. Hari semakin sore, dan akhirnya
pengumuman hasilpun dimulai, aku termasuk dari salah satu yang lolos audisi
hari ini.
Drama musikal ini berjudul “Masa
Depan Dan Cinta”, aku mendapat peran utama dalam drama ini, dan pria bernama
Aditya Ramadhan adalah lawan mainku waktu itu. Dan ini lah awal kisahku, Lelaki
ini adalah murid kelas tiga di jurusan broadcasting, dia adalah murid teladan
di sekolah, perawakannya tinggi besar, memiliki kulit yang putih dan wajah yang
cukup menarik, dan gayanya yang maskulin menambah pesonanya. Tapi aku sangat
tidak menyukai orang ini, karena bagiku dia adalah lelaki yang merasa dirinya
“keren” padahal tidak(bagiku), namun profesionalitas ku diuji disini. Setelah
semua pemeran mendapatkan naskah, setiap hari minggu kami latihan di sekolah,
dari minggu ke minggu aku belum juga menemukan kecocokan dengan lawan mainku,
selalu salah dialog, selalu salah ucap dan salah gerak maupun ekspresi, namun pembibing
kami yang bernama Herlambang Agustian dan Beny Ismail cukup sabar mengatur
semuanya hingga akhirnya aku menemukan sedikit kecocokan dengan lawan mainku.
Saat itu Aditya adalah kekasihku dalam drama, ia harus meninggalkanku demi
obsesinya melanjutkan pendidikan di luar negeri, sedang aku bersikeras tidak
mengizinkannya pergi.
“Aku pergi bukan untuk meninggalkanmu, tapi untuk hidup bersamamu, aku
pergi untuk kita, untuk masa depan kita” Dialog yang Adit ucap sambil
menggenggam tanganku dan menatapku lembut seolah meyakinkanku bahwa ia akan
kembali dengan masa depan untukku. Mungkin karena terlalu sering mengulang
kalimat itu karena selalu saja terjadi kesalahan, maka perlahan aku merasa
bahwa akulah yang memang berada diposisi itu, dengan kata lain, aku menjiwai
peranku sebagai kekasih yang akan ditinggalkan. Dari drama itulah aku mulai
menyukai sosok Aditya yang saat itu aku anggap sebagai kaka, karena memang saat
itu aku sudah memiliki kekasih, tapi saat aku ada masalah, Adit lah yang
pertama tau. Dua bulan sudah proses pembuatan drama musikal itu, jatuh
bangunnya semangatku selama pembuatan itu dipegang penuh oleh lawan mainku,
saat itu Adit adalah “segalanya” untuk ukuran seorang lawan main.
Drama itu berlalu di 27 Maret 2011,
aku dan semua pemain menjadi sahabat baik dan tak putus tali silaturahmi.
Hingga pada akhirnya aku jatuh cinta pada Adit, aku telah berpisah dengan
kekasihku, dan saat itu aku merasa Adit lah yang membantuku bangkit dari
keterpurukan. Dia selalu ada untukku, menamani aku kemanapun aku mau.
Maret..April..Mei.. ya.. ini aku
berhenti di bulan Mei, aku semakin dekat dan dekat dengan Adit, sampai aku
sempat marah ketika dia mengatakan bahwa masih mencintai mantan kekasihnya,
memang saat itu aku dianggap adik olehnya, namun karena kebiasaan aku dan Adit
itu adalah selalu berkata jujur apapun yang terjadi, maka aku berkata aku
menyukai dia, walau secara tidak langsung dan sedikit berbelit belit, begitu
juga dia. Sampai pada tanggal 15 Mei pukul 15.00 dia mengirim pesan yang isinya
“Aku di depan rumahmu”, spontan aku keluar dan heran, dia bilang dia tidak ada
waktu lagi, karena memang sudah ada janji dengan beberapa kawannya. “Aku hanya ingin mengucap 10 kata untukmu”
kemudian dia mengucap 10 kata itu dan kamipun menjadi sepasang kekasih.
Juni.. July.. Agustus.. September..
Kini aku berhenti dibulan ke 9, bulan ini adit harus meninggalkan kota ini
karena dia akan kuliah diluar kota. Aku marah, aku sedih.
Sampai pada tanggal 03
September, hari dimana dia berulang tahun sekaligus hari perpisahan untukku.
Bagiku hubungan jarak jauh bukanlah pilihan yang bagus saat itu, bukanlah
keputusan yang tepat, karena aku tidak bisa jauh darinya, aku adalah seorang
gadis yang selalu bergantung pada pria yang aku cintai, kali ini aku merasa
Adit adalah segalanya untuku, dia bahagiaku, dia selalu membuat ku tersenyum,
bahkan saat aku marah dan menangis sekalipun, dia dewasa, dia begitu sabar
menghadapi sikapku yang masih jauh dari dewasa, dia adalah hidupku saat itu.
Hari ini dia memintaku menemaninya kebeberapa tempat, pukul 09.00 dia sudah
berada tepat di balik pintu itu, aku memberinya sebuah kado ulang tahun, sebuah
baju hitam dengan corak hijau, persis seperti yang aku punya, aku tidak bilang
bahwa ini “baju couple” hanya saja aku sengaja membelinya sama dengan yang aku
punya, sebenarnya berbeda sedikit, baju yang ku miliki becorak oranye sedang
dia hijau.
Pukul 12.00 dia mendapat pesan
singkat dari orang tuanya bahwa ia harus segera siap siap berangkat, dan
akhirnya sebuah pelukan lembut dan senyumnya yang khas membuat aku terpaksa
melepasnya. 4 tahun dia kuliah bagiku bukanlah waktu yang sebentar.
Seminggu setelah hari itu, aku tak
berhenti menangis, boneka panda yang ia berikan padaku sebagai kado hari jadi
yang ke-3 menemani setiap malamku. Aku dan dia selalu berkomunikasi melalui
telpon hingga tengah malam, bahkan hingga pagi. Sampai pada akhirnya aku
berkata aku takut aku tidak bisa menjalani hubungan dengan jarak seperti ini,
tapi dia selalu menyakinnkan aku, bahwa hubungan kita akan baik baik saja.
Namun hatiku berkata lain.
Satu hari di akhir September, dia
pulang ke kota ini, waktu itu adalah jumat malam, ia kerumahku, namun hatiku
sudah merasa “mati” entah apa yang terjadi, tapi hatiku saat itu sudah hambar.
Dia menceritakan pengalamannya saat di ospek para seniornya, sampai ia
menceritakan seorang wanita yang begitu ia khawatirkan, karena si wanita itu
memiliki sebuah penyakit, ketika aku bertanya siapa, ia bersikeras tidak mau
mengatakan nama gadis itu karena memang sudah berjanji tidak akan menceritakan
pada siapapun. Dari situlah aku mulai merasakan sakit yang selama bersamanya
tidak pernah kurasakan. Kami terus bertengkar dan jarang berkomunikasi.
Oktober .. ini adalah malam di bulan
oktober awal. Seperti biasa aku mencoba menghubunginya, berusaha bahwa aku
tidak apa apa, padahal kala itu aku sedang merasa kurang enak hat,i, entah apa
yang aku rasakan namun bagiku cukup menganggu, aku merasa dia sudah bukan
milikku, dan sudah bukan hidupku, aku merasa sakit saat harus merasakan hal yang
sebenarnya tidak ingin aku rasakan.
Sampai akhirnya ia
berkata “Apa tidak lebih baik jika kita
berpisah, aku merasa kamu akan lebih baik tanpa aku, ini demi kebaikanmu,
karena aku tidak bisa memberi apa yang kamu inginkan” aku menahan seluruh
air mataku ketika harus mendengar kata yang tidak pernah ingin aku dengar.
Namun apa dayaku, kalimat itu begitu lancar keluar dari mulutnya. Aku
bersikeras menahannya, Namun keputusan tetaplah keputusan. Tidak bisa berubah.
November.. Desember..
Januari..hingga Februari, aku hidup tanpa bayang dirinya. Aku selalu menangis,
masih selalu menangis ketika melihat panda pemberiannya itu, aku juga masih
selalu menangis ketika mengingat setiap kata yang ia ucap, seperti saat ia
menyukai tatapan mataku, atau mungkin ketika ia mengejekku karena berat badanku
yang ketika itu naik. Aku tersenyum ketika semua itu terlintas di kepala lalu
menangis ketika tersadar dia bukan milikku...
Aku berhenti di bulan Maret 2012, ya
ini adalah ulang tahunku, dan aku masih berharap dia ada dihadapanku seperti
tahu lalu ketika ia memelukku dan mengucap kan beberapa doa untukku. Dan
ternyata tuhan mendengar permintaanku, ini tanggal 23, dan dia ada di balik
pintu itu ketika aku membuka pintu.. dia mengucapkan selamat dan beberapa doa
yang dia panjatkan untukku. Aku bahagia, sangat bahagia ketika melihatnya
tersenyum disampingku, aku bahagia karena masih bisa melihat wajahnya, walau
kini dia bukanlah Aditya yang dulu ku miliki, sikap nya berubah, gayanya
berubah, dia bukanlah Aditya ku.
Kini aku sampai di bulan Mei, tepat
tanggal 15. Ini adalah hari dimana seharusnya menjadi hari yang paling bahagia
untuk aku dan dia, karena ini adalah hari jadi kami yang kesetahun (jika masih
bersama), aku terjaga dalam rasa kantukku, mengingat bahwa semua kisahku dengan
dia berawal dari drama musikal, dan setiap adegan yang terjadi di drama juga
terjadi padaku kisahku. Ia meninggalkan aku demi masa depannya, ia tinggalkan
aku bukan dengan dialog yang ia ucap ketika di drama, namun ia berkata, ia akan
fokus kuliah dan harus meninggalkan aku, dan ini demi kebaikanku, aku mengingat
setiap detil kejadian dengan baik, aku juga mengingat setiap kata yang ia ucap.
Aku mengingat hari dimana aku dan dia menikmati liburan di kota hujan, sangat istimewa,
sangat menyenangkan, dan aku mencintainya seperti ia mencintai aku, aku juga
mengingat setiap hal yang kami lakukan menjelang hari jadi kami yang ke 2
sampai terakhir sebelum semua berakhir. Dia tidak pernah menggores hatiku
sedikitpun, dia tidak pernah menyakiti hatiku, aku hampir tidak bisa ingat
kapan dia menyakitiku, karena memang tidak pernah. Tapi kali ini aku menangis
mengenang setiap hal menyenangkan bersamanya. Sakit. Masih sangat sakit sampai
hari ini ketika aku mendokumentasikan kisahku dalam cerita ini.
Jauh di lubuk hatiku,
aku masih menunggunya kembali, aku masih menunggunya mengatakan 10 kata yang
pernah ia ucap dulu. Kini semua telah berakhir dan penantianku entah kapan akan
berakhir, aku masih percaya bahwa ia akan kembali padaku, walau aku tak tau
kapan itu akan terjadi.
Setiap aku mendengar namanya
disebut, atau setiap kali mengingat hal
yang terjadi bersamanya, aku akan tersenyum sekaligus menahan air mata dan luka
dalam hati.
No comments:
Post a Comment