Aku Dan “Mereka”

            Dentang denting waktu menunjukan pukul 8 malam.
            Kotaku diguyur hujan malam ini..
            Didekat jendela ini aku menikmati rintik hujan..
            Dibalut selimut tebal yang menutup punggungku..
            Ditemani secangkir teh dan beberapa potong biskuit..


                        Sadar dirumah sebesar ini aku tidak sendiri..
                        Mereka disini,
                        Temaniku dengan bentuknya yang macam macam...
           

            Diluar sana pun sama saja, mereka yang berdiri ditengah hujan..
            Memandang kearahku, dengan darah yang mengucur dari kepala..
            Berharap aku keluar dan memayunginya..
            Berharap aku keluar untuk sekedar menutup luka dikepalanya...


                        Katakan aku tega membiarkan mereka seperti itu...
                        Jasad ku dan mereka berbeda,
                        Aku masih hidup dan bernafas, dan mereka?
                        Mereka hanya makhluk yang pernah hidup..

READ MORE - Aku Dan “Mereka”

Kewarasanku Terusik

Disini sangat sepi, tapi entahlah.. aku meresa sangat pusing dengan kebisingan – kebisingan yang tak terlihat..
Entah apa yang berkecamuk, sampai sebising ini dan memaksa kedua mataku terbuka di tengah malam.
Aku mencari dimana suara suara yang membuat aku terganggu, mencari disekeliling kamarku. Tak ada yang ku temukan..
Ini pukul 1 pagi, dan terlalu bising! Aku benci! Perlahan ku pejamkan mata mataku, meruncingkan telingaku, berusaha mendengar apa yang diperdebatkan..
Itu hanya suara suara tembok – tembok kamarku, mereka permasalahkan sikapku beberapa hari ini, aku gila, aku bisa mendengar tembok tembok ini berbicara bahkan membentakku..
Aku gila..!!
“Bisakah kau hentikan tingkahmu yang konyol itu?! Tinggalkan pria yang membuatmu sekurus ini!! Lupakan pria yang menyiksa bathinmu!!” kata tembok di kiriku..
“kau tau apa?! Kau hanya tembok!! Tak memiliki hati! Kau tak mengerti betapa aku mencintai pria yang memang menyakitiku!”  balasku sedikit emosi..
Coba lihat dirimu sekarang !! apa yang kau dapatkan dari penantian dan kesabaran yang bagiku tak ada gunanya! Seberapa hebat pria bernama William itu?! Hingga membuatmu menjadi tidak waras!!” kata tembok sebelah kananku.
“Kalian tak banyak tau, aku amat mencintai Will, aku menunggunya menepati semua janjinya untuk kembali, aku…… sudahlah, kumohon, hentikan kebisingan ini.! Aku lelah!” kataku yang sudah sangat lelah akan keadaan.
Kubuka mataku, mereka semua menghilang.. Aku merindukanmu William…
“Teruntuk, William ku tersayang.. sampai kapan aku harus menunggumu kembali, aku mulai lelah dan gila, kau tau? Malam ini tembok tembok kamarku berbicara, mereka protes untuk semua yang kau lakukan padaku. Tapi tenang, aku tak menggubris satupun ucapan mereka. Apa aku sudah tidak waras Will?? Sepertinya begitu ya.. aahh.. bisakah kau cepat kembali, aku mulai takut, aku takut tembok tembok itu akan mengangguku lagi”
READ MORE - Kewarasanku Terusik

Duniaku

Aku butuh sesuatu yang dapat mengebalikan aku ke duniaku..
ADunia yang amat kucintai..
Dunia yang penuh cinta sahabat sahabatku..
Dunia yang terkadang hanya terisi oleh isak tangisku..

Aku butuh duniaku..
Bebas..
Aku ingin lepas..

Aku ingin duniaku..
Aku merindukan dinding dinding rapuh harapan,yang kubangun di duniaku..
Aku rindu berpijak pada lantai retak masadepan,yang kubuat sendiri..

Terlihat hancur memang duniaku..
Tapi aku nyaman berada didalamnya..
READ MORE - Duniaku

Senja Yang Rindu

Disenja kota yang oranye...Disenja kota yang angin...

Aku selalu melayang pada senja kita beberapa masa lalu...
merindukanmu dan senja kita..
Bisa kau rasakan,isyarat yang diberikan lewat hembus angin..?

Bagiku,
mereka isyaratkan kerinduan..

Coba pejamkan matamu, cermati bahasa yang disampaikan senja,
rasakan angin menyentuh tiap inci kulitmu..
Rasalah rindu, rasalah kerinduanku juga senja...

Pada senja yang oranye, melalui angin ini..
Selalu kubisikan namamu, rinduku..
READ MORE - Senja Yang Rindu

ALPUKAT


Kau tau buah alpukat? Kulitnya yang mulus hijau, membuat semua yang melihatnya mengira “isi”nya akan sangat enak. Tapi setelah kau belah, rupanya banyak titik hitam dan busuk.

Yaa.. sama seperti sebuah hubungan, sedemikian rupa kau membungkusnya sangat indah, sehingga banyak mata mengira hubungan kalian begitu sempurna. Tapi coba lihat lebih dekat lagi, semakin dekat hingga terlihat tulang sumsum dari hubungan itu sendiri.
Tak sedikit hubungan yang terlihat indah diluar, namun isinya sangat berantakan, seperti yang sedang aku alami sekarang ini. Menikahi pria dari keluarga kaya raya rupanya tak membuat aku merasa bahagia. Ia bukan pria yang mau bekerja keras, sementara aku sudah menjabat sebagai sekretaris direktur salah satu perusahaan ternama di negeri  ini, tentu saja dengan usahaku bertahun-tahun, membuat diriku menjadi karyawan teladan selama bertahun-tahun, juga pendidikan yang kucicip sampai aku menjadi seorang sarjana. “aku sukses” katakanlah begitu. Tapi pasangan hidupku tidak begitu, ia benar benar dari keluarga kaya raya, apa yang ia inginkan harus selalu ada saat itu juga, tidak mau repot repot mencari pekerjaan, mungkin untuk berkeringatpun rasanya ia tak mau. Ia suamiku.
Aku menikah dengannya 4 tahun lalu, ku kira ia akan berubah seiring berjalannya waktu, tapi perkiraanku meleset sangat jauh, kami sering mendebatkan persoalan ini beberapa malam lalu, tau apa yang ia katakana “Yaa.. baiklah, aku akan mulai mencari pekerjaan dan berhenti mengandalkan harta orang tuaku, aku melakukan ini demi kamu, istriku” manis sekali bukan yang ia katakan? Lalu, lihat 2 atau 3 bulan kedepan, ia akan berkata seperti itu lagi, jika kusinggung masalah ini.
Kau tau? Kadang aku lelah, sangat. Mungkin hubunganku akan selamanya seperti buah alpukat. Tapi aku sangat berharap seseorang menarikku dari situasi menjijikan seperti ini, dan tidak membuatku seperti alpukat.
READ MORE - ALPUKAT

MATIKU

Perasaanku saja, atau memang bulan terasa amat dekat malam ini?
Yaa.. ia memang sangat dekat denganku...

Aku disini, duduk di genting genting rumahku..Menikmati sinaran bulan, membuat tubuhku terlihat lebih terang...
Tertunduk aku mengingat semuanya, memeluk kedua lutut yang terasa sangat tak berdaya..
Menangis tanpa air mata..
Tersedu tanpa air mata..

Aku menangisi mereka..
Didalam rumah ini,Tubuhku sedang ditangisin banyak orang..
Terkujur kaku, didalam peti,
Wewangian dupa mengitari tubuhku..
Sajak sajak perak terdengar dari banyak sudut...

Tangis apa yang mereka tumpahkan? Bahagia atas kematianku?
Atau, mereka benar benar kehilangan aku..?
Aku adalah roh tanpa tubuh yang masih tidak bisa membedakan,mereka yang munafik dan mereka yang cintai aku

READ MORE - MATIKU