Kepada sebuah batu nisan diujung pemakaman sana, aku menumpahkan segala yang aku rasa..
amarah... kecewa... bahagia... bahkan sebuah rasa yang psikologi pun tidak mengerti apa-rasanya-itu..
aku mungkin sudah gila, ketika senja hampir habis.. aku tepat berada di gerbang pemakaman umum dengan bunga tulip ditanganku..
berjalan gontai melewati banyak "orang mati", berkecamuk berjuta masalah dikepalaku, seperti bom atom yang siap menghancurkan semesta, tak sabar ingin segera melepaskan teriakan bathinku pada orang mati yang akan aku tuju senja ini..
aku sudah melewati orang orang mati yang tergeletak dibawah tanah, sampai akhirnya aku berada tepat dimakam yang sangat aku cintai..
Adelina Muadi.. begitu nama itu terukir cantik dinisan yang juga indah..
berlutut aku, kutaruh tulip tulip itu tepat ditengah...
terpejam mataku, sejenak menikmati angin yang kurasa sengaja menusuk tulangku..
dingin..
"Ini aku lagi.. mungkin kau bosan melihatku disini hampir setiap senja, tapi asal engkau tau, aku merindukanmu... aku rindu segala hal akan dirimu, segalanya.. lihat aku disini bu.. aku menjadi apa yang kau inginkan, aku ingin kau ada dihidupku lagi, aku rindu semuanya, tawamu, harum tubuhmu, omelanmu.. segalanya... ampuni aku yang tidak bisa pertahankan hidupmu, ampuni aku ibu.."
ya.. ini makan ibuku..
sewaktu beliau masih hidup.. aku adalah utusan setan yang selalu membuatnya menangis..
aku hampir tidak peduli akan semua yang beliau rasakan..
aku.. aahhh... begitu durhaka..
lihat aku sekarang! tuhan menghukumku dengan mengambil satu satu nya orang yang tanpa sadar aku cintai..
aku merindukannya,.. aku tidak bisa, tidak mampu menjalani hidup yang sedemikian rumit tanpa seorang ibu...
aku ingin ibuku hidup.. tetap hidup..
berjuta juta rasa bersalah serta kata maaf yang aku ucapkan tiap kali aku kemari, rasanya tidak akan pernah cukup untuk menebus seluruh dosaku..
aku merindukanmu ibu..
i like it :)
ReplyDelete