Sebenarnya aku ingin menumpahkan semuanya dalam bentuk tulisan, marah, kesal, cemburu, kecewa, bahagia, namun tak bisa. Ada seseorang dengan mata yang menyebalkan, selalu mengawasi semua gerak-gerikku, bahkan setiap kata dan tujuan dari tulisan tulisanku. Aku tak menyukai ini.
Jadi,
tulisanku malam ini, aku dedikasikan khusus untuk 2 gadis kecil yang kutemui di
kota kembang beberapa hari lalu.
Kali pertama aku bertemu dengan mereka adalah,
ketika aku menikmati setengah cangkir teh hangat di teras kamarku, sambil
menghadap jendela menikmati pijaran lampu kota, aku tinggal di kota kembang
untuk pekerjaanku beberapa minggu, di daerah yang cukup tinggi, aku bisa
menikmati indahnya lampu lampu kota dari sini, aku menyukai suasana ini. Sampai
tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku pelan, terdengar ragu
namun pasti. Aku bangkit, memastikan siapa dibalik pintu itu. Kulihat, dua
gadis cantik berusia kira-kira 6 tahun, wajah mereka pucat namun sangat cantik,
mata mereka berwarna coklat muda, pakaian yang mereka kenakan sangat cocok
dengan usia mereka.
Aku
sedikit membungkuk, membuat aku sejajar dengan mereka, dan bertanya apa
keperluan mereka. Gadis yang lama kelamaan kutau namanya adalah Ara dan Penta,
tersenyum padaku dan berkata “Kami, hanya
berdua, dan kami lihat seharian ini kau hanya diam dikamar, kami butuh
seseorang untuk jadi tamu dipesta minum teh, maukah kau?” sambil menarik jari tanganku.
Rupanya
mereka mengadakan pesta minum teh, disekitaran taman dekat dengan tempat tinggalku,
bukan taman kota, hanya tanah luas yang ditumbuhi rumput rumput terawat, sepi
dan sejuk.
Ini pukul 9 malam, hanya ada kami bertiga dan
dua lampu jalan. Remang dan membuat bergidik seluruh bulu halusku. Dua gadis
ini kini bersila didepanku, disamping kiri dan kanan mereka ada banyak boneka
lusuh yang menyeramkan, menurutku.
“mau tambah gulanya?” tanya Ara sambil
memegang wadah gula dan tersenyum,”ahh,
tidak terimakasih” balasku sambil menyunggingkan senyum menahan perasaan
seram. “kau tau? Dulu sewaktu semua
temanku masih ada, kami sering kemari menikmati pesta minum teh.“ suara
Penta memecah keheningan sesaat tadi. “yaa..
itu menyenangkan, kau bisa menikmati suasana, melupakan sedikit masalah,
membuat duniamu sendiri” sambung Ara sambil menggoyangkan boneka barbie
yang ia pegang. “dimana mereka kini?“
tanyaku sambil menyeruput teh yang sebenarnya tidak ada. Mereka tertunduk dan
mulai mengisak.
“Mereka masih hidup” kata Penta yang kini mulai menangis. Seakan
tersedak, sesuatu membuat bola mataku ingin melompat keluar, apa maksudnya
“masih hidup” . “Mereka berbohong, mereka
bilang akan menemukan kami dimanapun kami bersembunyi” sambung Ara yang
kini menangis.
Gadis ini mati
karena permainan “petak umpet”, Entah pintar atau bodoh, kedua gadis ini bersembunyi
didalam kotak kayu besar, mereka bilang agar tak bisa ditemukan siapapun.
Rupanya benar, kini dua gadis yang entah harus ku sebut malang atau tidak,
benar-benar tak bisa ditemukan, dilihatpun rasanya mustahil.
Mungkin pembacaku
menganggap aku gila dan hanya berkhayal tentang tulisan ini. Aku hanya
benar-benar mengalaminya. Kini aku berada dikota asalku lagi, dengan segudang
masalah yang bercabang-cabang. Dan aku berjanji bulan depan akan menemui mereka
di lahan kosong yang mereka sebut “taman” itu.
No comments:
Post a Comment