"Serdadu biru itu malu, bergulat dengan rindu lalu jatuh tak tersentuh" - Katamu ketika membaca lembar pertama draft novelku.
"Serdadu biru itu tidak malu, ia termangu dihampiri rindu yang kian menggebu" - Kataku sembari menghampirimu dengan secangkir teh kayu manis kesukaanmu.
"Bukan termangu dihampiri rindu, serdadu biru itu mengaku kalah karena pesonamu" - Katamu dengan senyum yang memabukan.
"Serdadu biru dan aku takkan bisa bersama" - Kataku sambil beranjak pergi.
"Bertahanlah, sebentar lagi" - Katanya mengejar langkahku.
"Aku cukup lelah memainkan peranku, dibelakang dunia. Aku sudah bosan membaca akhir cerita aku dan serdadu biru ini" - Kataku yang semakin tersedu.
"Berjalanlah bersama, bertahanlah sebentar lagi. Dunia sudah terlanjur tau bahwa serdadu biru rela mati untukmu" - Katamu menghibur.
"Matilah serdadu biru, dirundung kecewa dan kebodohanku karena mencintainya" - Kataku yang lalu melihatmu mati.
No comments:
Post a Comment