Inikah Cinta ?

Hari dimana aku dilahirkan adalah hari yang membuatku bahagia.. bagaimana tidak, dihari itu ,aku kali pertama menghirup udara, merasakan panas nya matahari, merasakan dinginnya hujan dan sejuknya embun.
                     
Sampai pada akhirnya tuhan pertemukan dengan sesuatu yang mereka sebut cinta. Ini lebih indah dari sekedar mengenal udara, air dan panas. Ini lebih menakjubkan dibanding langit biru yang kadang bercorak seperti bunga dan yang lainnya..
Ini lebih indah,

Tuhan pertemukan aku dengan cinta , tapi dalam keadaan yang salah.. cinta adalah cinta yang terbagi, aku bagian terkecil dari cinta, aku bukan siapa siapa dan apa apa ..

Hidupku penuh ketergantungan pada cinta. Aku mencintai makhluk berbayang yang tuhan kirim lewat cinta untukku..

Sampai akhirnya, tuhan dan keadaan paksa aku melepas pergi cinta.
Hey..!!  ini lebih sakit dari pada melihat sahabatku mati.. !! ini lebih sakit dari pada saat aku kehilangan separuh otakku..! ini sangat sakit.!!
Rasanya ingin mati, tapi mati yang menyatukan aku dengan cinta.. lagi..

Hari terberatku adalah melepas pergi cinta . Ratusan juta suara teriakan didunia ini tidak akan cukup mewakili jerit hatiku! Ratusan rintih sakit yang ada di penjuru dunia pun tidak cukup mewakili sakit yang aku rasa sekarang ini..!

Kamu tau? Satu hal yang teramat sangat aku benci adalah keadaan!! Keadaan ini membuat aku semakin gila! Menyaksikan cinta menghirup nafas dengan yang lain, sementara aku berada disisi tergelap dari cinta itu sendiri.. rumit! Aku benci!! 
READ MORE - Inikah Cinta ?

Kekalahanku

Langkahku terhenti disuatu titik dimana aku tak tahu lagi harus melangkah maju, atau mundur selangkah kebelakang. Aku mulai lelah menopang tubuhku sendiri, bukan karena aku yang sudah renta, tapi aku yang sudah terlalu banyak digerogoti rasa sakit. Aku lelah...
Aku tak pernah merasa berguna berada ditengah tengah hingar bingar hidupku, aku tak pernah merasa aku menjadi satu yang dibanggakan. Aku ini siapa? Aku ini apa?
Aku berangkat melangkahkan kaki menuju apa yang aku inginkan, tapi kenyataan menamparku terlalu keras, dimana aku terpaksa harus menyadari bahwa tak ada satupun yang menginginkan aku menjadi “manusia”.
Kini, aku hanyalah se-onggok tubuh tak berdaya yang terpaksa menerima kekalahanku. Ragaku terlalu lemah untuk berdiri tegak, jiwaku terlalu sakit untuk bangkit mewujudkan impianku. Ku terima kekalahanku dan berhenti berharap...
READ MORE - Kekalahanku