Mimpi Di Langit Jakarta

Ia berdiri di bawah langit Jakarta..

Menikmati sepoy dingin angin gugur..

Intuisi jiwa berakhir nestapa, pada desir sengsara yang ia punya, ada cita yang ia jaga.. 

Ia masih mematung di bawah langit Jakarta..

Membiarkan seluruh mata melenjanginya..

Ada desir nadi yang terluka, masih ada tawa yang tersisa.. 

Melangkah ia di bawah langit Jakarta..
Menapaki jejak kaki para pecinta..
Mengikuti kemana hati berkata.. 

Ia membentang lara dibawah langit Jakarta.. 
Terluka.. Tertawa.. Telupa.. 

Pada masa desir mulai berat mengalir, ia kembali pada pencipta..

READ MORE - Mimpi Di Langit Jakarta

Hopelessness

Ketika satu persatu pergi meninggalkan..  hanya seorang diri gadis itu berdiri.. 

Pada nisan sebuah mimpi..
Ia tertegun berharap dapat menggalinya kembali..

Pada kehilangan yang ia serukan.. 
Pada isak tangis yang ia dengungkan..

Kepada seluruh cita yang ia kubur demi cinta...

Ia mencintai nada dan sunyi.. memahami hujan dan rindu.. membenci tawa dan tari.. 

Menjauh langkah nya dari nisan berdebu.. melangkah ia untuk menggapai mimpi baru.. 
Bersamanya, sekepal keberanian ia genggam.. 

Melangkah ia mencari yang hilang..
Melangkah ia mencari yang usang..

Melangkah ia di antara ilalang .. bersama desau angin ia bersuara..  bersama harum bau basa ia bernada.. 

Tangannya merentang menyentuh setiap ujung ilalang..
Tangannya merentang meremas semua mimpi.. 

Bahagia bukanlah sekepal angin, harap bukanlah segenggang tawa.. 

Melangkah ia membelakangi semua.. 
Bersiap mati bersama mimpi..

READ MORE - Hopelessness

Rindu dari balik jendela

Minggu ke dua puluh delapan di langit Bogor..
Hujan mengingatkan aku pada pertemuan kita yang selalu terjadi sebelum pelangi.. 

Aku masih menunggumu dari balik kaca jendela yang mengembun, duduk bersila dengan selimut tebal berwarna coklat..
Jam dinding terus saja meneriakiku ..
Sesekali aku melirik pada jarum jam, memastikan detik itu tidak berputar kekiri..

"Apa dikotamu juga sedang hujan?" Tanyaku dalam hati, berharap seseorang disudut kota kembang bisa mendengarku..

Aku masih menunggumu dari balik kaca jendela yang semakin mengembun..
Berharap kau ada didepanku, meluruhkan segala rinduku yang membeku..Bertahun tahun..

Tetes hujan semakin deras, sederas hujan pada kedua mataku..
Ada hangat yang menyelusup pada rongga hati..
Berharap itu hangat pelukmu..
Berharap itu adalah hangat kecupmu..

"Aku merindukanmu" teriakku dari balik kaca ini..

Aku mencintaimu seperti aku mencintai hujan dikotaku..
Aku mencintaimu seperti aku mencintai dingin kotaku..

Aku mencintaimu meski kau kini hanya setungku abu..

READ MORE - Rindu dari balik jendela

Aku ingin pulang

Bukankah hidup ini harus terus berjalan kedepan?
Apakah tidak apa apa jika sesekali aku menoleh kebelakang?

Aku sudah berjalan cukup jauh..
bersama seseorang yang sama sekali tidak mengerti duniaku..
Aku ingin kembali, bukan sekedar menoleh kebelakang..
Aku hanya ingin kembali..
Pulang pada apa yang sudah menjadi duniaku..

Aku sudah melangkah sejauh ini..
Bersama seseorang yang terkadang hanya menjadikanku "alat"..
Aku ingin kembali, pulang dan berada ditempat aku berada seharusnya..

Bukan disini..

Aku sudah berjalan amat sangat jauh.. terkadang letih mengatakan bahwa aku harus berhenti dan kembali..
Tapi hidup ini harus terus maju bukan?

Maka, dimana aku harusnya berhenti dan menemukan kekuatan untukku melanjutkan hidup..?

READ MORE - Aku ingin pulang

Kita dan dunia

Bersabarlah kasih ..
Ketika dunia menunjukmu sebagai sebuah masalah... 

Bersabarlah kasih..
Ketika dunia meneriakimu sebagai makhluk paling berdosa...

Bersabarlah kasih ..
Ketika dunia menyipitkan mata menatapmu dengan kebencian...

Bertahanlah kasih..

Aku disini ada...
Menggenggam erat tanganmu...
Aku disini ada...
Merangkul sakit bathinmu...

Aku senantiasa ada berdiri dengan kedua kakiku...
Berdiri tepat disampingmu...
Mengisi celah jemarimu...
Berdiri tepat disampingmu...  melawan dunia..

READ MORE - Kita dan dunia

Dosa

Rindu aku pada sepasang mata yang menyipit saat tertawa..
Rindu aku pada segurat senyum kala mentari menyapa..
Rindu aku pada denyut nadi yang bukan milikku...
Rindu aku pada debatan jantung yang berdetak bukan untukku..

Mencintaimu..
Tak pernah sesederhana menikmati aroma kopi..

Mencintaimu..
Tak pernah semudah aku menggapai mimpi..

Mencintaimu..
Adalah dosa yang sering kali terasa benar..

READ MORE - Dosa

Aku

Senja jingga taburkan lara..
Hingar bingar dunia redupkan segala asa..

Kemana aku harus pergi?
Kemana ragaku harus berlari?

Rinai hujan taburkan semerbak wewangi dupa..
Cenayang diujung kota tak henti merapal doa..

Aku disini...
Dibawah hujan menanti-Nya..

Aku disini...
Ditengah remang cahaya sang rembulan..

Aku menari seperti awan yang tertiup angin selatan..
Aku menari dibawah hujan seperti aku pernah hidup..

READ MORE - Aku

Inikah Cinta ?

Hari dimana aku dilahirkan adalah hari yang membuatku bahagia.. bagaimana tidak, dihari itu ,aku kali pertama menghirup udara, merasakan panas nya matahari, merasakan dinginnya hujan dan sejuknya embun.
                     
Sampai pada akhirnya tuhan pertemukan dengan sesuatu yang mereka sebut cinta. Ini lebih indah dari sekedar mengenal udara, air dan panas. Ini lebih menakjubkan dibanding langit biru yang kadang bercorak seperti bunga dan yang lainnya..
Ini lebih indah,

Tuhan pertemukan aku dengan cinta , tapi dalam keadaan yang salah.. cinta adalah cinta yang terbagi, aku bagian terkecil dari cinta, aku bukan siapa siapa dan apa apa ..

Hidupku penuh ketergantungan pada cinta. Aku mencintai makhluk berbayang yang tuhan kirim lewat cinta untukku..

Sampai akhirnya, tuhan dan keadaan paksa aku melepas pergi cinta.
Hey..!!  ini lebih sakit dari pada melihat sahabatku mati.. !! ini lebih sakit dari pada saat aku kehilangan separuh otakku..! ini sangat sakit.!!
Rasanya ingin mati, tapi mati yang menyatukan aku dengan cinta.. lagi..

Hari terberatku adalah melepas pergi cinta . Ratusan juta suara teriakan didunia ini tidak akan cukup mewakili jerit hatiku! Ratusan rintih sakit yang ada di penjuru dunia pun tidak cukup mewakili sakit yang aku rasa sekarang ini..!

Kamu tau? Satu hal yang teramat sangat aku benci adalah keadaan!! Keadaan ini membuat aku semakin gila! Menyaksikan cinta menghirup nafas dengan yang lain, sementara aku berada disisi tergelap dari cinta itu sendiri.. rumit! Aku benci!! 
READ MORE - Inikah Cinta ?

Kekalahanku

Langkahku terhenti disuatu titik dimana aku tak tahu lagi harus melangkah maju, atau mundur selangkah kebelakang. Aku mulai lelah menopang tubuhku sendiri, bukan karena aku yang sudah renta, tapi aku yang sudah terlalu banyak digerogoti rasa sakit. Aku lelah...
Aku tak pernah merasa berguna berada ditengah tengah hingar bingar hidupku, aku tak pernah merasa aku menjadi satu yang dibanggakan. Aku ini siapa? Aku ini apa?
Aku berangkat melangkahkan kaki menuju apa yang aku inginkan, tapi kenyataan menamparku terlalu keras, dimana aku terpaksa harus menyadari bahwa tak ada satupun yang menginginkan aku menjadi “manusia”.
Kini, aku hanyalah se-onggok tubuh tak berdaya yang terpaksa menerima kekalahanku. Ragaku terlalu lemah untuk berdiri tegak, jiwaku terlalu sakit untuk bangkit mewujudkan impianku. Ku terima kekalahanku dan berhenti berharap...
READ MORE - Kekalahanku

Saat Hati Berbicara

“Mari berdamai dengan diri sendiri, barulah berdamai dengan keadaan dan mulai lah menerima kenyataan, bahwa kita hidup didunia tidaklah hanya untuk diri kita sendiri”

          November, 1970...
Hidupku dimulai saat itu, Raffika Azzahra. Aku adalah anak ke empat dari lima bersaudara, ayahku adalah seorang jendral angkatan darat. (aku tidak begitu peduli pada jabatannya) namun aku sangat menyayangi dan mencintai ayahku. Ibu ku adalah seorang yang biasa saja, ibu rumah tangga seperti semua ibu didunia ini.
Aku memiliki dua kakak perempuan, satu kakak laki laki dan satu adik perempuan.
            Kurasa hidupku tak seindah saudaraku yang lainnya, sangat terasa perbedaan diantara kami, (bagiku) ibuku seperti yang haus akan harta ayahku, ia terlalu rakus. Kurasa ia lebih mementingan dirinya sendiri. Aku ini masih butuh pendidikan, aku masih butuh kasih sayang, aku juga sangat membutuhkan sosok ibu dalam hidupku. Namun, pada akhirnya, aku memutuskan untuk tinggal menjauh dari keluarga dan tidak mau tau apapun tentang masing-masing dari mereka. Menginjak bangku sekolah menengah pertama, aku sudah hidup sendiri, rasanya aku seperti mahkuk paling sendirian didunia ini, hingga aku lulus dan melanjutkan sekolah menengah atas di daerah yang cukup jauh dari rumah, tentu saja aku sendirian. Aku tinggal di sebuah rumah kost, beruntungnya aku memiliki tetangga dan lingkungan yang membuat aku nyaman, memang tiap bulan aku menerima kiriman uang saku, namun ibuku tak pernah tau keadaanku. Beruntunglah aku memiliki teman teman yang begitu menyenangkan. Rahmina dan Mahira .. mereka berdua ialah sahabat senasib sepenanggungan.
            Suatu hari, uang kiriman dari ibuku sudah limit, aku belum bayar ini itu, aku belum membeli keperluan sekolah, bagiku keperluan sekolah adalah yang paling utama. Sementara uang yang dikirim oleh ibu padaku, bisa dibilang pas pasan.
Saat itu, aku hanya bisa ikut menginap dirumah temanku dan ikut bantu bantu pekerjaannya di rumah, sehingga aku bisa dapat makan. Aku benar benar tidak punya uang, bahkan untuk makan ..
            Sampai akhirnya aku lulus sekolah, niat untuk melanjutkan pendidikan sangat besar, dan cita citaku menjadi seorang guru sangat tinggi. Namun apa daya, ibuku terlalu tidak-memperdulikan aku.
“Untuk apa? Kelak semuanya akan percuma” katanya ketika aku memintanya untuk membiayai aku kuliah. Saat itu yang kurasa hanyalah sedih dan benci, aku benci karena dikeadaan ekonomi yang bisa dibilang cukup, tapi aku tidak mampu kuliah dan mewujudkan cita citaku.
            Sampai pada suatu hari, kedua orang tuaku akan menghadiri sebuah undangan pernikahan di kota kembang. Bertepatan dengan hari dimana aku mendapat tawaran untuk mengikuti study banding dari perusahaan (kebetulan kala itu aku sudah bekerja). Tanpa pikir panjang, bahkan tanpa restu dari mereka , aku memutuskan untuk pergi mengikuti study banding ke luar negeri. Korea. Berbulan bulan aku menikmati “hidupku” di negeri orang, menyenangkan, namun ada saja rasa rindu akan tanah air bahkan aku merindukan orang tuaku.
            Sepulangnya aku dari korea, aku masih saja mendapat perilaku sama dari ibuku . bahkan aku sempat berpikir, “aku bukanlah anaknya”.
Kemudian hidupku mengalir seperti air, sampai aku bertemu dengan pria yang kini menjadi suamiku. Aku mencintainya dan menikah dengannya, memiliki satu orang putri kala itu, Raffania Chausar, anak perempuannku yang cantik, cucu pertama dari keluarga besar ini. Namun, betapa sial nasibku, menerima kenyataan bahwa ibuku tak mau mengurus cucunya ini . “Ibu tak akan mau mengurus cucu cucu ibu” katanya.
            Hidupku penuh konflik, hidupku penuh liku, sampai akhirnya ayahku yang teramat sangat aku cintai, harus di panggil tuhan. Rasanya seperti ingin ikut mati bersamanya, aku hanya merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Aku begitu mencintai ayahku, namun ternyata tuhan lebih menyayanginya.
           Tahun berganti tahun, hidupku terus berubah, hidupku terus membaik, aku memiliki dua orang putri sekarang. Raffania Chausar dan Tiffani Chausar. Kini mereka sudah dewasa, aku kembali ke kotaku lahir, dan ikut tinggal bersama ibuku yang sekarang sendirian dirumah yang besar itu. Selepas kepergian ayah, ibuku menjadi wanita tua yang sakit sakitan. Anak anak nya yang lain rupanya memiliki rasa marah seperti yang kurasakan, tanpa kutau, ibu telah membeda bedakan semua anak anak nya. sehingga timbul amarah dari masing masing dari kami kepada ibu.
            Sebagai seorang anak yang tinggal bersama ibu, aku mau tak mau harus mengurusnya, menjaganya. Namun, hati ini rasanya sangat marah, sangat benci, aku tak jarang mengumpat kepada tuhan atas kondisi ku sekarang ini.
“Aku ini dari kecil sama sekali tak merasakan kasih sayang ibu, aku memiliki seorang ibu hanya sebatas untuk data diri pada beberapa surat surat penting, sosok ayahlah yang selama ini terekam jelas di benakku. Bahkan dalam mimpi sekalipun, aku tak menjumpai sosok ibu”pikirku kala itu.
Pada nyatanya, aku masih mempunyai 4 saudara lainnya, namun mereka sama sekali banyak alasan agar tidak merawat ibu.
            Kini ibu sudah lumpuh, sudah tidak bisa melakukan apa apa, bahkan untuk menganti pakaiannya saja pun tidak mampu. Aku hanya bisa menangis, dan berdoa pada tuhan, agar menyembuhkan ibu dari sakitnya.
Setelah aku berdamai dengan amarahku, aku berdamai dengan rasa sakitku puluhan tahun, aku berdamai dengan bathinku sendiri. Kini, aku bisa menerima keadaan ku yang harus merawat dan menjaga ibu dengan sepenuh hatiku, rupanya aku menyayangi ibuku, rupanya aku mencintai ibuku. Dan kehilangan ibuku adalah kesedihan yang aku takutkan.



READ MORE - Saat Hati Berbicara

Surat Untuk Kekasihku

Dear ,

Herdi Setiadi (@Herdie_pd)



Aku tahu, kita tak punya cukup waktu untuk saling memandang.. ssaling menikmati senyum di masing masing bibir atau saling menikmati hangat air mata.

aku tahu, kelak takkan ada lagi suaramu yang terkadang membuatku rindu, akupun sangat tahu, kelak ragamu tak akan ada disampingku..

Namun, kau harus tahu...
cita-citamu ialah dirimu yang susungguhnya..

maafkan aku yang terkadang tak mampu pahami arti diammu, tak mengerti aksi acuhmu..

aku merindukanmu sekarang, 
selalu merindukanmu..

yang ku inginkan ialah melihatmu menjadi yang kau mau, tanpa harus meninggalkanku..

andai aku bisa menjadi bayangmu..
aku ingin menjadi bayangmu. agar tak perlu lagi merasa gelisah ketika aku tak bisa melihatmu atau menyentuhmu..

kau tahu sayang? aku mencintamu ..
meski terkadang kau sangat menyebalkan..
aku sangat mencintaimu, meski kerap kali kau coba mematikan mimpiku..
aku tettap mencintaimu..

sayangku, bisakah kau selamanya bersamaku..??
aku hanya takut dan tak bisa bertahan tanpamu..


Jika surat ini tersampaikan kepadamu, ku mohon katakan bahwa kau pun benar benar mencintaimu...


Kekasihmu

Edria Suhartono
READ MORE - Surat Untuk Kekasihku