Sepotong Semangat


            Aku hanya akan menceritakan tentang beberapa cerita yang aku dengar dari banyak mulut diluaran sana, mengenai seseorang yang menjadi sepotong semangat bagi mereka yang memang membutuhkan semangat itu.
            Seperti seorang pria di sudut jalan itu, dia adalah sepotong semangat bagi seorang wanita yang menderita penyakit yang bersarang di kepalanya. Dokter memprediksi hidupnya hanya akan bertahan sampai 4 bulan, dan jika lebih, maka sebuah keajaiban dari tuhan. Wanita kanker itu berama Mawar, dia hidup seorang diri di kota besar ini, kedua orang tuanya telah lebih dulu dipanggil yang kuasa. Ia bekerja di salah satu stasiun televisi sebagai seorang jurnalis handal, namun sayang beberap bulan belakangan ini ia sering sekali merasa sangat sakit, sehingga sulit baginya untuk bekerja secara maksimal. Pria di sudut jalan itu adalah seorang sahabat sekaligus satu satu nya yg ia miliki.
            Malam itu, Mawar sangat sakit sehingga ia terbangun dari tidurnya, yang terlintas dalam benaknya hanyalah pria disudut jalan itu. Ia mencoba menguhubunginya, dan benar saja, pria disudut jalan itu kini tepat berada disampingnya, sedikit nya kehadiran pria ini meredakan rasa yang sangat menyiksa kepala. Hari ke hari, minggu ke minggu, pria ini semakin berada dekat dengannya, memberikan sedikit banyaknya dukungan untuk setiap hal yang ia lakukan.
            Mawar yang sebelumnya merasa sangat sedih mengetahui hidupnya akan berakhir dalam 4 bulan, namun kini ia merasa lebih baik, walau dalam 4 bulan kedepan ia akan meninggal, setidaknya ia masih memiliki orang yang menjadi bagian dari hidupnya. Dan mungkin pria disudut jalan itu akan mengingat mawar untuk selamanya.
            Ini sudah bulan ketiga, jika prediksi dokter benar, maka bulan Mawar akan menghilang selamanya. Mawar berhenti dari pekerjaannya dan memutuskan untuk tinggal dirumah bersama pria itu. Menghabiskan waktu yang menurutnya tidak banyak, membuat beberapa “to do list” yang sangat dan harus tercapai sebelum akhirnya ia menghilang selamanya. Dan dengan setia pria itu memeuhi semua keinginan Mawar, meski terkadang terlambat dari waktu yang Mawar tentukan.
            “Apa yang akan kamu lakukan hari ini, lakukanlah jika memang dirasa perlu dilakukan. Lakukan secara maksimal anggap saja tidak akan ada hari esok. Aku akan disini menjadi bagian dari apa yang ingin kamu lakukan hari ini, besok, dan seterusnya” itu kata secarik kertas yang diberikan pria tersebut di balik seribu mawar putih yang menjadi hadiah ulang tahun Mawar malam ini. Sebuah makan malam di bawah sinaran bintang menjadi kado penutup sebelum akhirnya Mawar kebali kerumah dan terlelap.
            “Ketika terbangun, yang ingin aku lihat pertama kali adalah dirimu dan refleksi masa depan yang tergampar dimatamu” itu kata pesan singkat yang Mawar kirim kan pada pria itu sebelum ia memejamkan matanya. Namun apa daya, mereka adalah makhluk yang beragama, dan tidak mungkin bernaung dalam satu atap tanpa adanya ikatan suci tuhan.
            Ini adalah bulan keempat sekaligus bulan terakhir bagi Mawar, tentu saja jika dokter itu benar. Hari ini banyak sekali hal yang ingin ia lakukan bersama pria itu. Menikmati sepuluh “cup” ice cream cokelat, membeli mini pom (anak anjing), melakukan perjalanan ke beberapa kota, membeli sepasang merpati putih, memberikan sedikit sisa gajinya pada rumah ibadah yang ia tuju, sampai menikmati senja di kota yang sangat cantik. Itu semua mereka lakukan.
            Begitu seterusnya sampai akhirnya mereka memperkuat hubungan mereka denga pernikahan yang sakral. Pernikahan merupakan “To do list” Mawar yang terakhir. Mawar semakin bahagia dan juga semakin sakit, bualn keempat ini berhasil ia lalui walau sedikit sulit, namun karena pria ini lah Mawar bertahan, karena pria ini jugalah Mawar memiliki sepotong semangat untuk terus hidup.
            Sampai akhirnya Mawar tertidur pulas pada tiga bulan setelah pernikahannya. Kini semua “to do list” yang Mawar buat disimpan rapi di dalam laci kacil kesayangannya, dan itu semua telah tercapai.
            Itu lah cerita yang aku dengar dari banyak mulut diluaran sana, “Sepotong semangat”. Kurasa setiap orang memiliki sepotong semangat nya masing masing, seperti aku yang juga memiliki sepotong semangat untuk tetap bertahan dalam keadaan apapun. Sekalipun aku sendiri yang mengalami cerita itu tadi. Dan inilah aku dengan sepotong semangatku.
READ MORE - Sepotong Semangat

AKU

 "Seperti aku.. Seperti jiwaku"
Itu kata sebuah lirik lagu yang kusuka. sederhana saja, ini hanya tentang aku dan kecintaanku pada diriku.
Bukan, maksudku bukan benar-benar diriku, hanya saja sesuatu yang muncul dari dalam diriku. 
Ini tentang kecintaaanku pada dunia seni, seni musik, seni tari, seni teather. Aku hampir mencintai semua jenis seni. Ini juga tentang kecintaanku pada alam, udara, laut, langit, pasir, tumbuhan, matahari, bulan. Aku mencintai semua hal tentang alam semesta. Dan terlebih, ini tentang kecintaanku pada tuhan, karena dari semua yang aku cintai, adalah milik tuhan.
                 Pengetahuan bermusikku tidak sejenius Ludwig Van Beethoven atau Wolgang Amadeus Mozart, tapi aku ingin seperti mereka yang menciptakan karya karya cantik yang menambah keindahan dunia. Musik bagiku adalah sebuah jalan yang membantu penat dalam pikiranku keluar dengan sendirinya. Hiruk pikuk hidupku lumayan membuat aku terkadang merasa lelah, dan musik membuat aku merasa lebih nyaman.
            
READ MORE - AKU

Sesaat Namun Selamanya

             Beberapa isi yang akan aku tuangkan disini sebenarnya aku dedikasikan untuk seseorang yang sangat memberiku inspirasi dalam setiap detik dihidupku, Januar Hakkiki. Pria ini yang mengubah aku menjadi aku yang lebih mengerti apa yang aku punya, dan mampu mengikhlaskan sesuatu atau hal bahkan seseorang yang seharusnya tak aku miliki dan bukan untuk aku miliki. Pria ini juga yang membuat aku mempertahankan apa yang menjadi keinginanku, dan memperjuangkan apa yang menjadi mimpiku. Bagiku pria ini mempunyai arti lebih disetiap hela nafasku,  pria ini mampu membuat aku merasa berharga ketika aku merasa sangat tersungkur, dan tak ada seorangpun yang mengulurkan tangannya untukku. Pria ini juga yang membantu aku menatap dan merencanakan apa yang akan aku lakukan esok, dan esok di masa depanku.
            Tuhan mempertemukan aku dengan pria ini disuatu waktu yang salah, dimana aku bukanlah satu satunya yang dia miliki, dimana aku bukanlah satu satunya yang dia lihat pertama kali. Tuhan menakdirkan aku bersama dengannya dalam satu hubungan yang tak bisa aku jelaskan secara gamblang. Tuhan selalu punya caranya sendiri untuk membuat aku marah bahkan bahagia disatu saat yang sama. Seperti halnya, tuhan mempertemukan aku dengan pria ini disaat aku merasa marah karena keberadaanku yang cukup membuat seseorang disana merasa sedikit sakit bathinnya, namun cara tuhan mempertemukan aku dengan pria ini, juga membuat merasa bahagia, bahagia karena aku bisa merasakan bagaimana rasanya mempertahankan apa yang aku inginkan, sekalipun itu salah, bahagia karena aku mampu merasakan cinta yang sangat mendalam pada apa yang aku inginkan. Karena sebelumnya aku tidak merasakan bahagia pada hal yang aku sebutkan tadi.
             Inilah jalan yang harus aku lewati bersama pria ini, pria yang mampu membuat aku merasa sangat nyaman sekalipun hatiku merasa rapuh, pria ini juga yang mampu membuat aku berpikir panjang untuk beberapa hal yang akan aku lakukan. Aku mempertahankan pria ini karena aku mencintainya, karena aku membutuhkannya, dan karena aku yakin, tuhan mempertemukan aku dengannya bukan dengan tanpa alasan yang baik. Aku yakin tuhan mempertemukan aku dengannya karena memang dia baik untukku, karena setauku, tuhan tidak akan membuat umatnya menerima apa yang buruk untuknya. Dan inilah aku dan jalan hidupku bersamanya.
            Aku tidak tau berapa lama aku berjalan menapaki hidup bersama pria ini, yang ku tau, pria ini selalu ada, bahkan dalam mimpi terburukku sekalipun, dia selalu ada menyelamatkanku. Dia berada di sampingku, menggenggam tanganku, merangkul aku, ketika aku merasa hampir dari seisi dunia memandang aku salah. Dia berapa disampinku, menatap aku lekat, membuat aku yakin, memberikan aku sebuah harapan, ketika aku mulai merasa lelah dengan dunia yang memandangku salah. Dia membuat aku berkata “YA” pada apa yang menjadi inginku, dan membuat aku berusaha mewujudkan kata “YA” yang aku ucap diawal mimpiku. Dia adalah sepotong semangat dalam hidup yang aku tak tau kapan akan berakhir. Dia adalah... aku tak tau dengan jelas apa arti “dia” dalam hidupku, namun bagiku dia adalah segalanya. Bagiku dia adalah teman hidupku. Bagiku dia adalah guru di hidupku, atau mungkin dia adalah bagian dari “secuil”  hati yang aku miliki. Entahlah.... sekali lagi aku katakan, dia adalah segalanya bagiku.
            Banyak hal yang aku lalui dengannya, banyak cerita yang aku tulis tentangnya, banyak warna yang aku dapat darinya. Aku pernah merasakan warna abu abu dan hitam, dimana aku merasa sangat buta untuk melihat arah hidupku selanjutnya. Namun dia membuat aku merasakan warna merah dan ungu, bahkan jingga, atau putih. Dia membuat aku mampu mengaplikasikan semua warna itu kedalam hidupku.
            Dia adalah teks dalam setiap paragraph yang kutuangkan di lembar hidupku, aku hampir bosan menyanjung pria ini, namun apa daya, aku sangat mencintainya, sekalipun rasa yang aku punya ini membuat beberapa orang disana merasa terkoyak hatinya.
Aku hampir tak peduli lagi pada dunia yang meneriaki rasa yang aku miliki untuknya.
            Jika tuhan hanya memberikan pria ini sebagai mimpiku, aku hanya berharap agar tertidur lebih lama lagi. Karena bagiku inilah mimpi terindah dan sempurna yang aku miliki. Kemudian..inilah aku yang sesaat namun akan menjadi selamanya


“And thank god for bringing me to someone who’s now a part of my life"





Edria Suhartono
READ MORE - Sesaat Namun Selamanya