MORELIA

Duduk melipat kedua kakinya di kursi kayu yang menghadap keluar jendela, hari itu sedang ada badai, diluar terlihat banyak petir yang sesekali menyapa pandangan Morel. ya.. gadis yang sedang melamun itu bernama Morelia Viridis, usianya 25 tahun, ia hidup seorang diri disebuah rumah kecil disalah satu kota besar dinegara ini. Perawakan Morel sangat sempurna, wajah yang cantik, mata yang indah, senyum yang selalu menambah kecantikannya, tutur kata yang tak pernah melukai orang, sifatnya yang periang membuat morel memiliki banyak teman. Namun 10 tahun sudah morel hidup sendirian. kedua orang tuanya dibunuh didepan matanya, kekasihnya mati  dalam sebuah kecelakaan.

Morel melayangkan lamunannya pada lima tahun silam dimana dia berusia 15 tahun dan memiliki keluarga utuh juga kekasih yang dia cintai dan mencintainya, Abriel.
semua mimpi buruk itu terjadi disore hari ketika Morel dan kedua orang tuanya sedang bercengkrama dirumah mungil mereka. "Hal paling bahagia dalam hidupku, adalah ketika aku dilahirkan menjadi putri kalian" ucap morel sambil memeluk kedua orang tuanya. "Oohh.. kau memang putri ibu yang paling ibu sayang" balas ibunya sambil memeluk morel, "Tentu saja dia anak yang paling kau sayangi, dia adalah anak kita satu satunya bu.."  ucap ayah dengan nada bercanda. Candaan cadaan diantara keluarga itu membuat keluarga Viridis terlihat semakin harmonis. Ibu morel bernama Courtney, dia adalah seorang wanita cantik yang bijaksana, murah hati tapi tegas, sifat yang dimiliki Courtney sangat serasi dengan sifat yang dimiliki Abraham, dia adalah seorang laki laki tampan dengan sejuta wibawa yang dia miliki, sifatnya yang murah hati membuat dia dikelilingi banyak orang, tidak hanya murah hati, abraham adalah sosok pria yang humoris, terkadang dia sering melontarkan kalimat kalimat humor saat bawahan dikantor terlihat sedang stress.

Sore dikediaman Viridis itu berakhir dengan segelas teh hangat. menjelang malam, seperti biasa Morel dan keluarganya berkumpul diruang tamu, ini sabtu malam, hal yang sering mereka lakukan ketika sabtu malam adalah menonton beberapa film action ataupun drama. "Bolehkah aku mengundang Abriel kemari bu?"  Tanya morel yang sudah menggenggam gagang telpon dan hendak menelepon Abriel. "Boleh sayang" balas ibunya diiringin dengan senyum cantik."Ada yang ingin makan pizza..??"  teriak ayah dari ruang tamu. "Aku yaahhh.....!!"  teriak morel sambil menunggu telponnya tersambung.
tak lama ayah menghubungi delivery service di salah satu restoran pizza ternama di kota itu, sambil membawa beberapa minuman, ibu menghampiri ayah yang sudah siap duduk disofa empuk miliknya. "Baiklaah... Abriel akan datang dalam waktu 15 menit" teriak morel girang sambil menghampiri kedua orangtuanya dan ikut bergabung ditengah tengah mereka.
Mengobrol sambil memakan cemilan buatan ibu, sambil menunggu kedatangan pujaan hati morel, tak lama bel pintu nyaring berbunyi, bergegas Morel beranjak dari duduknya dan berlari kecil kepintu. "Hallo malaikat"  kalimat yang diterima morel ketika membukakan pintu, sambil tersenyum morel menggandeng kekasihnya masuk menghampiri kedua orang tuanya di ruang tamu. Abriel adalah sosok pria yang sangat dicintai morel, dia anak lelaki yang baik hati, penyabar, selalu menghujani morel dengan pujian pujian, dan selalu menepati janji janji nya pada morel. Bagi morel, abriel adalah pria impian nya.

 "ayo cepat cepat duduk duduk" ajak ibu saat melihat abriel memasuki ruang tamu. segera abriel memposisikan tubuhnya duduk diantara Morel dan kedua orang tuanya. film yang akan diputar malam ini berjudul La vita รจ bella sebuah film drama ternama di negara itu.

Detik.. Menit sudah berlalu.. dentang jam menunjukan pukul 00.00 waktu setempat. "Antarkan aku kedepan" pinta abriel yang akan pulang. morel beranjak dari duduknya dan mengantarkan abriel ke depan pintu. "Aku mencintaimu.. malaikatku" ucap abriel sambil mencium kening morel. "aku juga"  balas morel sambil tersenyum, kemudian abriel berjalan menjauh dari rumah morel. malam itu diakhiri dengan ciuman lembut di kening morel.

Dewi malam kini bersembunyi di punggung mentari pagi. Sinarnya yang hangat menyelusup masuk kedalam kamar morel dan memaksanya membuka mata, "Oke oke .. aku sudah bangun" ucap morel seolah menyapa sang mentari. Morel beranjak dari tempat tidurnya lalu segera mandi, karena ini adalah liburan musim panas, maka morel tidak perlu bersiap kesekolah. Morel mematut diri dicermin, putar kanan, putar kiri, ia mencoba beberapa pakaian yang akan dikenakannya hari ini untuk makan disebuah restoran ternama bersama Abriel, Sedang asyik mematut diri tiba tiba Handphone  nya berderingm tanda masuknya sebuah pesan singkat dari abriel yang isinya
"Aku dilahirkan tuhan dengan kesempurnaan raga, tapi tuhan memberikanku setengah hati didalam ragaku, karena setengah hatiku yang lain tuhan berikan padamu, maka hidupku, ragaku, jiwaku, akan sempurna jika selamanya bersamamu Morelia" seketika morel tersenyum layaknya kebanyakan remaja yang sedang jatuh cinta, Morel semakin tidak sabar untuk menemui Abriel. Setelah menemukan pakaian yang pass dengan keinginanyan, Morel bergegas menuruni beberapa anak tangga, dan bertemu orang tuanya di teras rumah "Bu... Hari ini aku akan pergi makan bersama abriel" ucap morel menghampiri ibunya yang sedang asyik dengan i-Pad nya, "Baiklah sayang,, hati hati" balas ibunya sambil tersenyum, lalu morel tersenyum dan mencium pipi ayah dan ibunya.

Hari itu morel menaiki taxi untuk sampai ke restoran, rencananya mereka memang datang secara terpisah. sesampainya di restoran, Morel duduk di meja nomor 11 yang berada tepat diujung kiri menghadap jendela, restoran ini adalah tempat yang sering mereka kunjungi, bisa dibilang restoran ini adalah tempat kenangan untuk mereka. Seperti biasa, Morel memesan segelas Cappucino hangat dan memasang Earphone untuk menghilangkan jenuh selama menunggu abriel yang memang belum datang.

5 menit .. 10 menit.. hingga dia sadari sudah 20 menit dia menunggu dengan perut lapar.. dan sudah 2 gelas cappucino yang sudah kosong dihadapannya, "Ada apa dengan Abriel? tidak biasanya dia seperti ini" gumam Morel dalam hati sambil melihat ponselnya mengecheck kalau kalau abriel mengiriminya pesan, dan ternyata tidak. morel mencoba menghubungi ponsel abriel tapi ternyata nomornya dialihkan. panik mulai menghampiri morel, pikiran pikiran negative sudah bersarang dikepalanya. "Dimana abriel? apa yang menghambatnya? ada apa denganya? kemana dia?" semua pertanyaan pertanyaan itu memenuhi kepalanya hingga terasa sangat sakit dikepala. "Baiklah.. aku mulai tidak tahan" ucap morel sambil meninggalkan uang dimeja dan bergegas keluar dari restoran, hingga tiba tiba ponselnya berdering. "Hallo.. Morel..?? ini Morel..??" Terdengar suara bernadakan panik disebrang sana. morel sedikit heran menerima telepon dari ibunya Abriel, karena tidak biasanya, "Iya tante.. ada apa..?? iya ini Morel" sambung morel sedikit bingung. "Tolong cepat datang kerumah ya nak..! sekarang..! saya ada perlu" ucap ibunya abriel yang kemudian menutup teleponnya. morel semakin bingung saja, "sebenarnya ada apa..??" teriak hati morel. lalu segera saja morel memberhentikan taxi dan melaju setengah ngebut kekediaman keluarga abriel. sampai disana setelah membayar taxi, morel mendapati kediaman abriel dalam keadaan berkabung, morel melihat bunga bertuliskan Turut berduka cita atau tulisan rhyme in peace dimana mana. pikirannya semakin tidak karuan dan semakin bingung, morel berlari mendekati kediaman abriel, didapatinya kedua adik abriel dan ibunya yang sedang menangis, "Tante..ada apa ini??! abrie..??!  tante!!" semakin panik dan panik saja ketika ibunya abriel menyuruh morel masuk dan melihat. sambil bermandikan airmata, morel masuk dan melihat pujaan hatinya tertidur pulas dan tak akan pernah terbangun untuk selamanya, pujaan hatinya kini berada didalam peti mati berwarna hitam, pujaan hatinya kini mengenakan jas hitam dan terlihat sangat tampan dari biasanya, pujaan hatinya kini telah tiada, pujaan hatinya menjadi kekasih sejati tuhan untuk selamanya. seperti disambar petir, morel melemah, tenaganya seakan hilang, morel menangis sekuat kuatnya, morel menangis disamping peti sambil meratapi pujaan hatinya yang kini tak bernyawa, morel merasakan banyak yang hilang dari dirinya, morel merasa dihujam berjuta bahkan lebih paku beton di dalam dada, sakit..! begitu sakit hatinya melihat pujaan hatinya terbaring lemah. lalu morel tak sadarkan diri.
Abriel meninggal dalam sebuah kecelakaan pagi tadi ketika ia hendak menemui Morel di restoran. abriel baru saja membeli sepasang cincin sebagai hadiah ulang tahun morel yang jatuh tepat pada hari ini.

Setelah morel sadarkan diri, Laura ibunda abriel memberikan sebuah kotak berwarna merah pada morel "Ini dari abriel Rel.. sebelum dia pergi" ucap Laura sambil pergi menjauh membiarkan morel dengan  benda mati itu. dibukanya kotak merah itu, didapatinya sebuah kotak cicin yang juga berwarna merah dan sepucuk surat yang juga beramplopkan warna merah. "selamat ulang tahun melaikatku. aku mencintaimu. semoga kasih tuhan selalu menyertaimu, mungkin kini aku sudah tidak bisa bahkan tidak mampu temani hari harimu seperti biasanya, jaga dirimu. aku mencintaimu, malaikatku MORELIA" Morel kembali menitikan air mata ketika membaca isi surat tersebut, dan semakin menangis ketika melihat sepasang cincin perak yang dibelikan abriel untuknya. merasa tidak sanggup dengan ini semua, Morel bergegas keluar dari kediaman Abriel. dia berjalan sampai akhirnya menjauh dari rumah itu dan menemukan taxi untuk pulang kerumahnya.

2 tahun sudah Morel hidup tanpa Abriel, dan selama 2 tahun jugalah Morel menjadi pribadi yang murung, pribadi yang abu-abu, melihat itu, kedua orang tua morel merasa prihatin dan selalu mencoba menghibur, namun gagal. Morel selalu menghabiskan waktunya dikamarnya. Hingga pada suatu malam, Morel masih terjaga dari tidurnya, duduk di kursi kayu yang ada dikamarnya sambil menghadap kejendela, menatap langit gelap, menatap cahaya rembulan, instrumen instrumen kepedihan, hingga akhirnya menangis, morel memeluk kedua lutut nya dan menangis kuat kuat hingga ia terperanjat oleh suara pistol yang begitu keras. morel bergegas keluar dari kamarnya dan hendak menuruni tangga, namun dia mengurungkan niat nya ketika melihat beberapa orang pria dewasa dengan perawakan tinggi dan besar, dan memakai penutup wajah, ya.. mereka adalah sekawanan perampok, morel mundur dua anak tangga sampai akhirnya morel melihat ayahnya sudah bersimbah darah, sementara ibunya masih terikat dan beberapa orang dari perampok itu sedang membersihkan seisi rumahnya. "Ada siapa lagi didalam rumah ini?!" tanya perampok itu sampil menodongkan pistol kekepala courtney, "Tidak ada siapa siapa.. hanya aku dan suamiku!!" jawab Courtney yang berniat melindungi Morel, morel tidak berani menghampiri, morel menangis, morel bingung. tiba tiba courtney ibunya melihat kearah morel, dan memberi isyarat yang artinya menyuruh morel masuk kekamarnya. morel hanya menangis dan menangis, dia memeluk kedua lututnya dibalik tembok itu, terkadang morel mengintip sesekali sambil berdoa. "Baiklah.. terimakasih nyonya" ucap salah satu perampok itu yang kemudian menarik pelatuk dipistol yang ia genggam ke arah Courtney. Mata morel terbelalak, kaget dan tak percaya, pembunuhan itu terjadi didepan matanya, morel menutup kedua mulutnya dan menunggu perampok itu meninggalkan rumah. 5 menit kemudian perampok itu meninggalkan rumah, dan barulah morel berani menuruni tangga, dengan cepat dia menghampiri kedua orang tuanya yang bersimbah darah, sambil menangis morel meraih tangan ibunya yang sudah tak bernafas lagi, kemudian dia menghampiri ayahnya, dan mencoba menutup lubang yang ada didada nya, seperti orang yang kebingungan, morel tidak tau harus berbuat apa, dia duduk memeluk lutut sambil melihat kedua orang tuanya. dalam pikirnya dia merasa bersalah, dia merasa bahwa dialah yang membiarkan ibunya dan ayah nya mati, dia merasa bersalah dan bodoh karena tidak menghubungi 911 emergency, dia malah menyaksikan kematian ibunya.

Matahari berganti bulan, bulan berganti tahun, kini sudah 10 tahun Morel hidup menyendiri, sebenarnya banyak orang orang sekitar morel yang menyayanginya, namun morel memilih untuk sendirian.
Morel merasa tuhan tidak adil padanya, morel merasa tuhan kejam dan benci padanya, karena tuhan telah mengambil semua orang yang dicintainya. Morel masih terduduk kaku memeluk kedua kakinya dikursi tua dikamarnya, menghabiskan waktunya bersama bayang bayang orang yang ia kasihi, menghabiskan waktunya dengan tangisan tiada arti, tangisan yang sebenarnya tidak bisa memutar kembali waktu, tangisan yang sebenarnya tidak bisa menghidupkan kembali kedua orang tuanya juga kekasihnya. tangisan yang percuma. Sampai pada suatu hari, salah seorang temanya yang berniat mengunjungi Morel dirumahnya, malah menemukan Morel meninggal dengan tali yang masih tergantung dilehernya dan beberapa sayatan di tangan kanan dan kirinya, serta secarik kertas yang tinggalkan Morel diatas kasurnya.
"Aku hidup karena kalian, aku bertahan karena kalian, aku disini bertahun tahun berharap kalian menemui aku, yaa.. kalian.. kalian.. ayah.. ibu... Abriel.. kalian yang aku tunggu.. tapi akhirnya aku sadar.. bukan kalian yang datang menemuiku, tapi aku yang menemui kalian. MORELIA VIRIDIS".
READ MORE - MORELIA

MILLI

Gadis kecil itu terduduk kaku melekatkan pandangan nya pada butir butir air hujan yang membasahi jendela kamarnya.
Terlintas masalalu dimana kedua orang tuanya masih hidup. Kini gadis kecil bernama Milli itu berada ditempat yang mereka sebut “Panti asuhan” .
Milli sendiri dikamar itu, semua gelap, hanya cahaya dari luar jendela yang menerangi tempat Milli duduk. Dalam hati Milli berbisik pada tuhan “Tuhan.. mengapa tak kau ambil juga nyawaku.. agar bisa bersama ayah dan ibu” kemudian Milli menangis.
Milli merindukan orang tuanya, ayah dan ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan 8 April lalu.. Milli yang berusia 5 tahun wajar jika merindukan kasih sayang dari seorang ibu, sedangkan “disini” Milli tidak mendapatkannya, para suster selalu kewalahan mengurusi anak anak seusia Miili yang lainnya, sementara Milli, selalu senang berbincang halus dengan Tuhan, karena Milli percaya bahwa hanya Tuhanlah yang selalu menyayanginya setelah orang tuanya meninggal.

Hari..Bulan..Tahun.. sudah terlewati, Milli beranjak dewasa, Milli selalu berharap seseorang datang dan mengadopsinya. Milli anak yang baik, pendiam dan cantik, Kulit putih mulusnya terlihat serasi dengan rambut semi coklat yang ia miliki, matanya yang sayu dan wajahnya yang selalu terlihat tenang menambah pesona kecantikan Milli, senyumanya tak pernah ia lepaskan walau sejenak.
Sore itu masih sama seperti sore sebelumnya, hujan.. dan lagi lagi Milli terduduk kaku menatap hujan, entah apa yang Milli pikirkan. Tak lama setelah itu Milli beranjak menemui suster kepala.. “Izinkan aku ke gereja suster” pintanya lembut.. suster kepala hanya tersenyum dan mengangguk mengiyakan keinginan Milli. Lalu Milli bergegas memakai mantel tebal dan menjauh meninggalkan panti. Letak gereja memang tidak terlalu jauh sehingga Milli tak perlu pendamping.
Kemudian Milli duduk di bangku paling depan sambil memejamkan matanya dan berkata “Tuhan.. aku menginginkan kasih sayang seorang ibu, kirimkalah malaikat pelindungku” kemudian Milli berjalan perlahan keluar dari gereja tua itu..
“Apa yang Milli lakukan di gereja?” tanya suster Mia saat melihat Milli dari arah gereja..
“Milli meminta Tuhan mengirimkan seorang ibu untuk Milli, Milli ingin bicara langsung pada tuhan, Jadi Milli ke gereja” Ucap Milli sambil melepas mantelnya. Mendengar itu suster Mia tersenyum sambil menuntun Milli kekamarnya dan membawakan beberapa biskuit coklat dan susu hangat..Sore itu berakhir dengan segelas susu hangat.
Hari itu hujan tak henti membasahi kota, hingga malam ini ketika semua anak terlelap dan di buai mimpi, Milli dibangunkan oleh suara petir. Milli bangun dan mengambil kalung salib yang ia simpan di dalam laci, itu adalah kalung milik almarhum ibunya, kemudian Milli memejamkan kedua matanya sambil menggenggam kalung itu seraya berdoa “Tuhan.. Milli tidak akan berhenti meminta pada-Mu untuk mengirimkan seorang ibu untuk Milli, Milli hanya merindukan kasih dan belai lembut seorang ibu” lalu Milli kembali tidur.

Ini adalah natal pagi, semua anak telah bersiap untuk menyambut orang tua yang akan mengadopsi anak di panti itu. Anak anak tampil sangat mengesankan dan sangat lucu pagi itu, usia mereka tidak jauh berbeda dengan Milli.
Semua anak berada di ruang tamu, tapi tidak dengan Milli. “Dimana Milli?” tanya Letty pada suster Mia.. mendengar itu suster Mia dan yang lainnya baru menyadari bahwa Milli tidak berada ditengah tengah mereka. “Akan kucari Milli” ucap Hanna dengan senyum lembut sambil berjalan menuju kamar Milli.
Milli masih tidur pulas dengan kalung saling yang tergeletak disampingnya, melihat Milli yang begitu pulas tertidur, Hanna mengurungkan niatnya untuk membangunkan Milli, lalu Hanna keluar dan meninggalkan Milli dengan mimpinya..
“Milli masih tidur suster, Aku tidak mau mengganggunya” ucap Hanna pada suster Mia.. suster Hanya melempar senyum pada Hanna tanda ia mengerti.

Waktu sudah menunjukan pukul 08.00, terdengar seseorang membunyikan bel pintu, dan itu adalah keluarga Burgham yang akan mengadopsi salau satu anak di panti. Setelah dipersilahkan masuk dan berbincang lama dengan suster Mia, kemudian keluarga Burgham di persilahkan keruang tamu untuk
“Memilih” anak anak yang akan mereka adopsi, semua anak terlihat sangat gembira mengingat keluarga ini akan mengadopsi salah satu dari mereka.
Kemudian Katty Burgham menghampiri Dominic, anak laki-laki berusia 5 tahun dengan wajah tampan dan matanya yang biru membuat Dom terlihat semakin menarik. “Hallo.. siapa namamu nak?” Tanya Katty sambil membungkuk agar posisinya sama dengan Dom. “Dominic” Jawab Dom tenang lalu tersenyum. Namun setelah berkenalan dangan semua anak Katty berkata pelan pada suaminya bahwa tisak seorangpun dari anak anak manis itu membuat Katty ingin membawanya pulang, “Maaf suster.. rasanya hari ini saya membatalkan untuk mengadopsi salah satu dari mereka” ucap Katty berbisik pada suster Mia, dan mengajak Nico suaminya untuk segera meninggalkan panti.
“Tunggu nyonya..anda harus bertemu dengan Milli” cegah suster Mia,”Mari, saya antarkan anda ke kamarnya, kebetulan gadis ini belum bangun” sambung suster Mia sambil mengajak Katty mendekati kamar Milli. “Silahkan” ucap suster Mia mempersilahkan Katty masuk, kemudian pintu kamar berwarna krem itu terbuka perlahan dan Katty memperhatikan sekeliling kamar, begitu rapih, dan bersih, lalu matanya tertuju pada ranjang putih yang terletak di sudut kamar “Inikah gadis yang bernama Milli?” tanya nya pada suster mia, dan suster Mia hanya tersenyum mengiyakan pertanyaan Katty.
Katyy menatap lekat pada Milli yang sedang tertidur,merasa ada yang memperhatikan, Milli pun membukan matanya perlahan dan tersenyum. “Hallo.. Milli.. mulai kini panggil aku ibu” ucap Katty sambil menggenggam tangan kecil Milli, kali ini Milli tidak berbicara apa apa, hanya saja terus tersenyum kemudian memeluk Katty.
Semua urusan telah selesai, kini saatnya Milli berpamitan pada yang lainnya, Milli memeluk semua temanya dan juga para suster, tak lupa Milli berterimakasih pada suster kepala yang telah merawatnya selama ini. Beberapa kata terakhir dari Milli sebelum meninggalkan panti “Jangan pernah berhenti berharap dan yakin lah Tuhan akan mengabulkan setiap permintaan kita, Selamat Natal lalu Milli tersenyum dan menghilang di balik pintu.
Dalam perjalanan pulang, Milli memohon pada Nico ayahnya untuk berhenti di salah satu gereja yang akan dilewati nanti. Dan Nico pun mengiyakan permintaan Milli, setelah 40KM dari panti akhirnya mereka berhenti di sebuah gereja tua di kota, “Kita sudah sampai sayang, apa yang akan Milli lakukan?” Tanya Nico memandang Milli penuh kasih. Lalu milli tersenyum dan berkata “Milli ingin berterimakasih pada Tuhan yang telah mengirimkan orang tua seperti kalian” akhirnya Milli dan orang tua barunya memasuki gereja dan berdoa bersama, dalam hati Milli berucap
“Puji Tuhan.. karena telah mengabulkan permohonanku, ini kado natal terindahku, kuharap ayah dan ibu disurga mendapat ketenangan” Lalu Milli membuka kedua matanya tanda ia menyudahi doanya dan tersenyum pada sepasang suami istri yang kini menjadi orang tuanya..
READ MORE - MILLI